oleh

Sekolah Lapang Gempabumi BMKG Perkuat Kapasitas Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sulsel Terhadap Bencana

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah sebagai anugerah dari Allah Subhana Wata’ala, Tuhan pencipta alam semesta yang mestinya disyukuri. Namun demikian, sebagai negara yang memiliki karakter alam dengan dinamika geografis dan geologinya yang kompleks, Indonesia juga harus bersabar dan menerima kenyataan sebagai negara yang memiliki jumlah kejadian bencana yang tidak sedikit dan bervariasi. Dua fakta tersebut seolah mengingatkan kita semua untuk bijak dalam mengelola dan  memanfaatkan alam serta mampu beradaptasi dan hidup berdampingan dengan fenomena alam yang berpotensi menimbulkan bencana. Bersyukur dan bersabar tentu saja tidak cukup tanpa dibarengi untuk terus belajar dalam tata kelola dan mitigasi bencana alam yang berkelanjutan sehingga jumlah kerugiaan akibat bencana dapat diminimalisir. Frekuensi kejadian bencana yang terjadi di Indonesia semakin tahun menunjukkan grafik kenaikan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dalam rilis resmi mencatat 5.402 kejadian bencana sepanjang tahun 2021, sedangkan statistik di tahun 2020 jumlah kejadian bencana mencapai 4.645. Hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 16.2 % dari tahun sebelumnya. Bencana hidrologimeteorologi seperti banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor merupakan bencana yang mendominasi jumlah kejadian di tahun 2021 namun bencana gempabumi masih tercatat sebagai penyumbang jumlah korban terbanyak sepanjang tahun 2021.  Gempabumi Mamuju, Sulawesi Barat yang berkekuatan M6.2 pada tanggal 15 Januari 2021 termasuk gempabumi yang menelan banyak korban jiwa, kerusakan infrakstruktur dan bangunan dengan total kerugian mencapai Rp. 829,1 miliar.

BMKG adalah institusi pemerintah yang bertugas menyampaikan informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana. BMKG terus berupaya untuk memberikan informasi yang cepat,tepat luas dan sebisa mungkin mudah untuk dipahami masyarakat. Namun demikian, perlu dipahami secepat dan secanggih  apapun informasi dan peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG, tentu tidak akan efektif jika pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap bencana masih sangat minim. Untuk itu BMKG bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta instansi terkait terus berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat melalui Sekolah lapang gempabumi (SLG). SLG BMKG berupaya untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas daerah untuk lebih tanggap dan tangguh terhadap gempabumi dan tsunami serta mampu mewujudkan Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready) yang ditetapkan Unesco-IOC. Indikator masyarakat Siaga tsunami terdiri dari 12 point yang harus dipenuhi suatu wilayah,  dan salah satu diantaranya adalah memiliki materi pendidikan dan kesiapsiagaan secara rutin. Sekolah lapang Gempabumi BMKG merupakan wujud nyata dalam merealisasikan program tersebut.

BMKG Makassar sejak tahun 2020 telah melaksanakan sekolah Lapang gempabumi di propinsi Sulawesi Selatan  yang meliputi Kab.Bulukumba, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kab. Pinrang. Bulukumba merupakan kabupaten pertama yang menjadi tempat penyelenggaraan sekolah lapang gempabumi pada tahun 2020, menyusul Kab. Luwu Utara  di tahun 2021 dan tahun 2022 ini telah selesai dilaksanakan masing-masing di Kab. Luwu Timur dan Pinrang. Prioritas pemilihan tempat pelaksanaan Sekolah Lapang gempabumi tidak terlepas dari sumber gempabumi yang berdekatan dengan kabupaten/kota tertentu. Sebagai contoh Kab. Bulukumba dan Pinrang merupakan wilayah yang sebagai besar daerahnya di lewati oleh sesar atau patahan Walanae yang berpotensi menimbulkan kekuatan gempa maksimum M7.1. Kabupaten Bulukumba juga berpotensi terkena dampak gempabumi dan tsunami dari sesar selayar dengan magnitudo target M7.2 dan sesar naik flores dengan kekuatan gempa maksimum M7.5. Untuk wilayah kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur berpotensi menimbulkan goncangan gempa dengan kekuatan maksimun M6.8 yang bersumber dari patahan Matano. Keempat wilayah kabupaten tersebut merupakan wilayah dengan seismisitas tinggi di Sulawesi Selatan, sehingga tidak mengherankan masyarakat sering melaporkan kejadian guncangan akibat gempabumi. Melalui sekolah lapang gempabumi, masyarakat sulawesi selatan diajak untuk mengenal gempabumi lebih dekat, melakukan simulasi dan mitigasi baik sebelum, saat dan sesudah gempabumi terjadi. Kedepan BMKG Makassar akan terus berupaya untuk melakukan edukasi di seluruh wilayah sulawesi selatan agar kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dapat lebih ditingkatkan.

Share

Komentar

Tinggalkan Balasan