Celebesta.com – MANOKWARI, Direktorat Jenderal (Dirjen Kebudayaan), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) akan menyiapkan kantor di Provinsi Papua Barat untuk layanan perlindungan seni, budaya dan adat. Hal itu disampaikan Dirjen Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid dalam kunjungan kerjanya di Manokwari, Papua Barat, Sabtu (5/2/2022).
“Pak Dirjen ingin ada yang asli dan berbeda yang harus menjadi fokus program mereka,” ujar Yunus Yumte, Koordinator Samdhana Institute, Provinsi Papua Barat via WhatsApp, Sabtu (5/2).
Menurutnya, saat ini The Samdhana Institute bersama mitra dan jaringan bekerja di Papua Barat, seperti Kabupaten Tambrauw, Sorong, Maybrat, dan kabupaten lainnya terkait ruang lingkup penataan aset dan layanan akses hak ulayat masyarakat adat, termasuk didalamnya pendidikan adat yang merupakan aset masyarakat adat.
Kata Yunus Yumte, Dirjen Kebudayaan tertarik tentang pendidikan adat, yaitu “Wuon untuk laki-laki” dan “Fenya Meroh/Megiar untuk perempuan”. Pendidikan adat di Tambrauw, Sorong (Suku Moi) dan Maybrat tersebut kuat terafiliasi dengan pengamanan tenurial dan konservasi melalui “hutan adat”.
“Pendidikan adat ini dilakukan untuk mempersiapkan seorang anak menuju dewasa dan penuh tanggung jawab. Anak didik juga akan mendalami ilmu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan roh lain yang dipercaya hidup,” jelasnya.
Sementara itu, Noer Fauzi Rachman yang ikut rombongan Dirjen Kebudayaan mengusulkan agar hal itu jadi bagian penting dalam layanan di kantor yang akan didirikan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Serahkan 21.288 Hektar Hutan Adat dan Indikatif Hutan Adat
Yumte juga menyampaikan bahwa saat ini Pendidikan Adat Wuon, Zona Wilayah Miyah, Miyah Selatan dan Senopi di Kabupaten Tambrauw sedang berlangsung. Proses adat penyambutan dan panamatan kelulusan siswa didik akan dilakukan di Bulan Juni 2022.
“Ini akan jadi kesempatan yang baik untuk melihat langsung prosesi adat dari pendidikan adat dimaksud. Dan kesempatan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk berinteraksi langsung dengan para pengajar dan siswa didiknya,” ungkap Yumte.
Diwawancara terpisah, Ita Natalia, Head of Capacity Development Program Samdhana Institute menegaskan bahwa pendidikan adat, bukan hanya untuk anak laki-laki tetapi juga pendidikan khusus untuk anak perempuan dalam mengajarkan kepemimpinan adat, pengetahuan adat, kearifan budaya, kesetaraan gender dan kesehatan reproduksi bagi masa depan anak-anak Papua.
“Intinya mengajarkan bagaimana mereka (anak-anak Papua) siap, hidup sebagai manusia dewasa yang menghormati alam sebagai Ibu,” tegas Ita Natalia.
Sebelumnya Dirjen Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid bersama rombongan disambut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat, Yusak Wabia dan jajaran dengan prosesi injak piring dan tari-tarian adat yang dibawakan sanggar tari Iriantos. Selain itu, turut mendampingi Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, serta Desy Pola Usmani, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua. (mk)
Komentar