oleh

Mahasiswa Untad: Kepalaku di Bage Deng Pentungan

PALU – Celebesta.com, Beberapa hari berselang demonstrasi Tolak Omnibus Law, Aliansi Mahasiswa Sekota Palu yang berujung bentrok. Korban berjatuhan akibat represif aparat kepolisian menangani para demonstran.

Seperti yang dialami Guril (20) Mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Tadulako mengalami kekerasan.

Pemuda berambut Gondrong itu mengalami cedera  dibagian kepala dan mendapat lima jahitan.

Mahasiswa Asal Desa Masewo, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi itu kini menjalani pemulihan akibat luka yang ia derita.

Saat dihubungi Celebesta.com, Sabtu (10/10/2020) Guril menceritakan kronologi kejadian tersebut.

Menurut dia bahwa bentrok terjadi sebanyak dua kali di saat itulah dirinya di represif aparat kepolisian.

“Ketika terjadi Chaos kedua, saya tidak lari karena saya menghalangi polisi yang datang kearah temanku perempuan”, kata dia

Guril tidak lari karena melindungi kawan-kawannya  dari serangan aparat kepolisian.

“Saya takut temanku yang perempuan ini yang di Bage (Pukul)  justru malah saya yang ditarik oleh aparat dan disuruh tiarap lalu di tendang-tendang, di injak-injak setelah itu ada polisi yang tarik saya kearah gerbang DPRD Kota Palu”, beber dia.

Lanjut Guril, sementara ditarik  dirinya  masih dipukuli aparat,  ada yang tendang dari depan dan dari belakang.

“Saat itu, saya di Bage dengan pentungan sebanyak dua kali namun yang pertama saya bisa tangkis dengan tangan dan yang kedua kali saya tidak bisa tangkis dan langsung kena kepala kemudian saya rasa kepalaku sudah berdarah”, ungkap dia.

Setelah itu, ia  dibawa ke WC  di depan DPRD dan kepalanya disiram menggunakan air.

“Mungkin supaya darah dipakeanku (Baju) hilang, supaya media tidak liput saya sementara berdarah. saya rasa sudah mulai pusing,  saya minta dibawah ke Rumah Sakit karena takutnya pendarahan”, jelasnya.

“Saya sadar resiko demonstrasi itu ada, tapi kalau tindakan represif aparat sampai melukai dan berdarah saya sangat miris melihat”, kesal dia.

Menurut Guril seharusnya Polisi itu mengayomi rakyat tetapi nyatanya perikemanusiaan sudah tidak tertanam di dalam diri mereka.

Reporter: Arman Seli

Share

Komentar

Tinggalkan Balasan

1 komentar

  1. Jika tidak dihalangi untuk bertemua DPR kami tidak akan anarkis. Permintaan kami hanya ingin bertemu DPR dan mendengar langsung penolakan DPR mengenai UU Cipta Kerja yg menyengsarakan rakyat. Andai tidak bisa dipertemukan dgn DPR seharusnya lakukanlah kami dengan baik dan bijak. Kepolisian tentu sudah diberikan beberapa arahan untuk menghadapi aksi, bukan malah melukai massa aksi. Kami sedang memperjuangkan rakyat, kalian lahir dari rakyat untuk rakyat. Kalian bukan siapa-siapa tanpa rakyat.