Arman Seli
(Biro Infokom AMAN Sulteng)
Dewasa ini menjadi pemimpin dalam tingkat pemerintahan (eksekutif) maka jalur yang harus ditempuh adalah melalui kontestasi politik. Demikianlah proses demokrasi yang menjadikan rakyat sebagai objek dalam cita-cita masa depan pembangunan diberbagai bidang. Sistem demokrasi di negara yang kita cintai ini sesungguhnya mempunyai perkembangan yang sangat signifikan ditandai dengan berbagai kebebasan yang dimiliki setiap warga negaranya baik individu maupun kelompok dalam menetukan nasibnya sendiri sebagai insan yang merdeka.
Satu hal yang harus kita syukuri sebagai manusia yang dilahirkan dari rahim ibu pertiwi ini bahwa begitu banyak suku bangsa, agama dan perbedaan lainnya ditambah lagi banyaknya kearifan lokal (local wisdom) tetapi masih aman dan damai dibandingkan negara-negara lain yang mempunyai keragaman cenderung sedikit tetapi kekacauan kerapkali terjadi.
Demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat demikian yang sering terdengar dari pembicaraan bahkan dalam dunia akademik hal ini menjadi pembelajaran yang merujuk pada kajian klasik dan kontemporer kemudian ditarik dalam aspek-aspek tertentu yang kiranya memberi pemahaman yang lebih bagi yang mempelajarinya. Konteks ini bukan hanya melihat demokrasi sebagai sesuatu yang normatif tetapi juga melihat kondisi yang terjadi dalam masyarakat.
Setiap daerah pasti mempunyai keunikan tersendiri terkait dengan kepemimpinan, walaupun secara keseluruhan negara telah mengatur sistem pemilihan kepala daerah sampai pada tingkat desa/kelurahan. Tetapi bukan hanya sekedar itu yang menjadi pembahasan tetapi juga melihat tentang tradisi demokrasi disuatu daerah dalam berbagai hal yang ada kaitannya dengan kepemmpinan.
Berbicara tentang budaya dan politik, penulis tidak memberikan penjelasan terkait hal itu dalam pandangan etimologi maupun terminolog tetapi lebih melihat pada fenomena yang terjadi dalam konstelasi politik. Mencermati budaya politik secara seksama patut kita ketahui bahwa secara umum budaya politik terbagi atas 3 (tiga), bagian yaitu Pertama, budaya politik apatis (masa bodih dan pasif). Kedua, budaya politik Mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi, dan Ketiga, budaya politik partisipatif (aktif).
Budaya Politik yang dimaksud dalam penjelasan ini juga melihat bahwa adanya kebiasaan yang terus berulang dalam perebutan tahta kepemimpinan di tingkat daerah (lokal) dengan strategi pemenangan diarahkan pada politik identitas walaupun hal demikian juga menjadi penentu sepenuhnya untuk memenangkan pertarungan. budaya politik ini juga dimainkan oleh kelompok tertentu dengan memainkan isu yang bersifat primordial dan juga akan mengarah pada kepemimpinan dinasti karena dengan kekuatan nama besar (marga) yang dianggap berpengaruh.
Budaya politik bukan hanya bicara tentang proses mobilisasi dan partisipatif dalam kegiatan pada saat pertarungan politik tetapi juga melihat tingkat pemahaman dan ketertarikan dan keterlibatan diri dalam pengambilan keputusan yang diputuskan oleh pemerintah dalam bentuk regulasi. Begitu luas pemahaman tentang budaya politik karena akan melihat dari segala aspek baik yang melibatkan diri di dalamnya maupun orang tertentu yang menganggap politik tidak baik dan pasif.
Sehingga penulis melihat bahwa budaya politik yang mempengaruhi perebutan kepemimpinan dan terpilihnya pemimpin akan tetap membawa kebiasaan yang menjadi ciri khasnya sendiri itulah yang dimaksud bahwa luasnya pandangan tentang budaya politik.
Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan seseorang tentunya mempunya cirri masing-masing. Melalui tulisan yang sederhana ini penulis tidak membahas cara menjadi pemimpin yang ideal dan kepemimpinan yang baik tetapi lebih melihat bahwa setiap orang mempunyai keunikan masing-masing.
Sementaran itu, kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan seseorang dalam mengatur dan mempunyai kemampuan mengatur orang lain. Kemampuan komunikasi juga dibutuhkan dalam kepemimpinan demokrasi karena akan hal yang dilakukan adalah mengarahkan kelompok yang pasif menjadi aktif sehingga kesadaran masyarakat memiliki sesuatu akan terbangun dengan sendirinya karena merasa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.***
Komentar