oleh

Film Dokumenter ” Menjaga Kamalisi” Rilis di Sigi

Celebesta.com – Sigi, Film Dokumenter berjudul Menjaga Kamalisi resmi rilis di Balai Pertemuan Adat (Bantaya) Desa Kalora, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi pada 30 Januari 2025.

Film yang menceritakan tentang kerusakan lingkungan di sepanjang pesisir Palu-Donggala itu membuat penonton bergumam. Pasalnya saat ini 15 Masyarakat Adat Kalora dilaporkan di Polda Sulteng karena menolak perusahaan Galian C di wilayah mereka.

Dalam film ini juga, Jaringan Advokasi Tambang melalui Ramadhani menyebutkan bahwa izin tambang di Pesisir Palu-Donggala sebanyak 72 dan 2 diantaranya berada di Desa Kalora.

Selanjutnya saat pemutaran film, Oskar Tikabaja selaku kuasa hukum masyarakat adat Kalora menyebut pemanggilan 15 kliennya adalah skenario kriminalisasi sehingga pihaknya akan tetap melakukan upaya hukum.

“Dari film ini kita melihat dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan tambang,” kata Oskar yang juga Divisi Hukum dan Advokasi AMAN Kamalisi itu.

Oskar saat diskusi dan Nonton Bareng (Nobar) mengajak masyarakat adat Kalora agar tetap konsisten dan komitmen dalam mempertahankan wilayah adat.

“Kita tetap satu suara untuk melawan perusahaan tambang, warga tidak boleh takut karena negara menjamin warga negaranya untuk menyampaikan pendapat di muka umum,” Himbau Oskar.

Menarik dari cerita film ini adalah sebuah Kalimat Filosofi Indoku Dunia, Umaku Langi. Hal ini sebagai bentuk keterikatan antara manusia dan alam semesta.

Makna filosofis dari Indoku Dunia merupakanTanah adalah Ibu dan Langit adalah Bapak. Bagi masyarakat adat di pegunungan Kamalisi hal ini sangat sakral sehingga mempertahankan hak atas tanah adalah sesuatu yang wajib dan harus dilakukan.

Sebagaimana yang disampaikan Kemal, Warga Kalora yang mengutip pesan leluhurnya.

“Lebih baik mati daripada harus malu,” kata Kemal dalam film.

“Ane Maeya, Nuapa Balasina,” sambung kemal menggunakan bahasa setempat yang berarti Jika malu, apa balasannya. Hal ini bermakna bahwa jika dalam posisi benar sekalipun mati menjadi resiko mereka akan tetap melawan perusahaan.

Dalam kesempatan yang sama Wahyu Perdana Putera, Direktur Celebes Bergerak menyampaikan bahwa pembuatan Film Dokumenter ini terlaksana atas kerjasama banyak pihak.

“Atas kerjasama yang baik Celebes bergerak, AMAN Kamalisi, Cosmo Production, Masyarakat Adat Kalora, Salena, Balumpewa termasuk juga Buluri sehingga film ini bisa kita rilis di Kalora,” ungkap Putra.

Dirinya juga berharap apa yang mereka lakukan saat ini bermanfaat baik bagi perempuan, masyarakat adat dan semua kelompok rentan.

“Semoga film ini bermanfaat bagi kita semua yang masih berjuang dan mempertahankan lingkungan hidup” sambung Putra.

Selain Nobar dan Diskusi pertama di Desa Kalora, Film ini juga sudah diputar di Lingkungan Salena, Kelurahan Buluri, Kota Palu dan Desa Balumpewa, Kabupaten Sigi. (AS)

Share

Komentar

Tinggalkan Balasan