oleh

Mitologi Punde dan Jiwa Manusia

Celebesta.com – DONGGALA, Kali ini kita akan membahas terkait hubungan antara padi ladang (Punde) dan jiwa manusia. Jiwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya roh manusia (yang berada di dalam tubuh manusia dan menyebabkan seseorang hidup) atau nyawa. Bisa juga diartikan seluruh kehidupan batin manusia.

Dari penjelasan di atas, kita coba sepakat bahwa yang dimaksud dengan jiwa adalah roh manusia. Selanjutnya, apa dan bagaimana hubungannya padi ladang dan roh manusia. Pertanyaan singkat di atas akan memberikan jawaban-jawaban yang cukup menarik.

Jika dianalogikan sebagai sebuah studi ilmiah dengan pendekatan metodologis maka itulah yang menjadi batasan permasalahan dalam tulisan ini. Hal ini juga akan melihat timbal balik hubungan (korelasi) antara dua hal itu.

Hubungan punde dan manusia melihat praktek di Dusun Puntana, Desa Powelua, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala. Masyarakat setempat yang masih memegang teguh tradisi menanam padi ladang beserta ritualnya dalam berbagai rangkaian, mulai menanam hingga memanen.

Masyarakat Puntana meyakini bahwa erat kaitannya antara Punde dan Manusia. Berdasarkan penjelasan Mebune, tokoh adat setempat mengatakan dalam sebuah mitologi, sesungguhnya Punde dan Manusia kaka beradik atau bersaudara.

“Awalnya dari tujuh bersaudara, dua diantaranya Manusia dan Punde,” kata Mebune dengan bahasa unde saat ditemui Celebesta.com, di Puntana, Sabtu (10/7/2021).

Menurut Mebune, dari leluhur secara turun temurun menceritakan bahwa punde berasal dari tujuh orang bersaudara.

“Punde adalah yatim piatu, ketika pamannya membuka ladang (Nantalu), ia pergi keladang yang telah dibuka oleh pamannya. Selanjutnya ia menggulingkan badannya di ladang tersebut dan akhirnya menjadi Padi,” tuturnya.

Lanjut Mebune bahwa ada leluhur terdahulu di komunitasnya tidak mau memakan nasi yang bersumber dari pada ladang, karena orang tua tersebut melihat bahkan mendengar jika saat di masak atau sementara menumbuk padi ladang di lesung berteriak menyerupai suara manusia.

Jika orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus (Nabalia) memotong padi kadang mereka melihat ada darah yang keluar dan hal itulah diyakini bahwa Punde juga memiliki jiwa layaknya manusia.

Mebune juga mengatakan adapun nama-nama syair (Dade) yang dilantunkan dalam nyanyian semalam suntuk (Balia) adalah Njalisa, Roya, Sebone Ndate, Sebone Mbuku, Ndue, Eja, Kamai, Namo, dan Mpanamo.

“Syair-syair balia juga memiliki makna mengucap syukur dan meminta agar panen selalu diberikan hasil yang melimpah,” terang Mebune dalam bahasa setempat.

Lebih lanjut, Mebune menjelaskan dalam rangkaian ucapan syukur pada Sang Pencipta atau pesta panen diwajibkan semua kepala keluarga yang memiliki padi ladang agar menyiapkan ayam dan perlengkapan syukuran (Sompo). Sompo terdiri dari dulang, parang, piring putih dan sirih, pinang, kapur atau disebut dengan sambulu gana.

“Ayam sebagai wadah untuk memohon kepada Maha Pencipta agar selalu diberikan kebaikan. Dalam melihat hati ayam ini masyarakat Puntana menyebut dengan Nompepoyu.

Kemudian pantangan dalam menanam hingga panen, bahkan keseharian dalam kehidupan sosial tidak boleh mengucapkan nama-nama hewan seperti kerbau putih dalam bahasa Kaili (Benggabula).

Menurutnya tradisi padi ladang, hal ini telah dipraktekan secara turun-temurun oleh leluhurnya hingga saat ini. (AS)

Share

Komentar

Tinggalkan Balasan