oleh

Kopi Arabika Kamanuru, Daulat Rakyat Dan Klaim Negara

Celebesta.com – SIGI, Kabupaten Sigi dengan luas 519.602 Ha, terbagi ke dalam pola ruang kawasan hutan 75% (Hutan konservasi, hutan lindung dan sebagainya), sisa 25% Non Kawasan. Ini berarti klaim negara atas Pola Ruang Sigi sangat besar.

“Pembagian ini menjelaskan seterang-terangnya betapa akses rakyat (234.420 Jiwa menurut Sigi Dalam Angka 2021) sangat kecil, baik untuk keperluan sosial maupun ekonomi. Harapan untuk hidup cukup secara ekonomi sangat redup. Permasalahan ini hendak diselesaikan oleh Bupati Sigi Moh. Irwan yang telah berlangsung sejak periode kepemimpinan  sebelumnya dan akan dilanjutkan pada Periode  2016-2021,” tulis Eva Bande dalam Rilisnya diterima Celebesta.com, Rabu (19/05/2021).

Kata Eva, jalan yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Sigi adalah Program Reforma Agraria yang selaras dengan Program Nasional Presiden Jokowi tentang Program Reforma Agraria yang dituangkan dalam Perpres Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan dan Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.

“Desa Dombu mengusulkan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dalam klaim kawasan hutan lindung seluas 409,60 Ha berupa kebun-kebun aktif yang diolah masyarakat. Usulan tersebut telah difasilitasi oleh Bupati Moh. Irwan untuk diusulkan sebagai TORA dalam kawasan hutan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Total luas yang diperjuangkan Bupati Sigi tersebar di 112 Desa di 15 Kecamatan seluas 85.978,93 Ha, yang salah satunya adalah Desa Dombu,” jelas dia.

Desa Dombu berada di ketinggian 1.350 Mdpl dengan luas 10,12 Km. Seluruh Penduduk (740 jiwa) hidup menetap di wilayah yang 100 persen berada di kemiringan pegunungan. Dari kota Palu membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 18 menit mencapai desa ini, dengan jarak 29.1 KM dan Desa Dombu berada di ketinggian 1.350 Mdpl untuk sampai di Desa Dombu.

Menurut Aktivis Agraria itu, salah satu tanaman tahunan yang dikembangkan Masyarakat Kaili Da’a di desa Dombu dan umumnya di Marawola Barat adalah Kopi Kamanuru. Tercatat kurang lebih 60 Ha areal yang dikembangkan (1 ha ada 500 pohon kopi, artinya ada 3.000 pohon kopi di dalam areal) yang berada dalam daulat rakyat desa Dombu).

Sumber Foto: Ronny Lapata

 

Mengapa dinamai Kamanuru?, menurut para tetua adat dari beberapa desa menyepakati dan menyetujui nama Kamanuru yang artinya sesuatu yang diturunkan Sang Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.

Kopi Arabika Variety lama Typica yang hidup dengan baik di beberapa desa di Kecamatan Marawola Barat, dibawa oleh Belanda dan diturunkan pertama kali di tempat Pesanggrahan Desa Matantimali, kemudian disebar ke beberapa desa, seperti Desa Dombu, Lewara, Soi, Ongulero, Wiapore dan Desa Panasibaja.

“Masyarakat Da’a di sana, menyebut kopi arabika Typica ini dengan sebutan kopi Lena atau kopi Belanda. Kopi arabika Kamanuru ini diproduksi oleh koperasi Ongunipamaya, dengan berbagai jenis pengolahan paska panen, seperti olah basah giling kering (fully washed) olah kering alami (natural), kering madu (honey),” jelas Eva.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa  semua jenis pengolahan ini bersumber dari buah kopi (cherry) merah penuh dengan tingkat kemanisan/gula minimal 20%. Kopi yang masuk UPH (Unit Pengolahan Hasil) dicuci dalam bak untuk membersihkan buah kopi dan memisahkan kopi berdasarkan kepadatan biji.

“Untuk olahan natural, buah kopi yang sudah di cuci, kemudian di jemur dalam dome penjemuran dengan membolak balik setiap jam.  Pengeringan olah natural butuh minimal 25-30 hari, untuk mencapai kadar air 12-13%. Setelah kering, buah kopi kering di kemas dan diistirahatkan selama 65 hari, selanjutnya di kupas kulit the/huller, kemudian di sortir.Dan saat ini Kopi Kamunuru sudah menembus pasar internasional dan akan melakukan prosesi ekspor ke Jepang dan timur tengah yang akan dilakukan setalah panen raya ini,” beber dia.

“Bravo Kopi Lokal yang dihasilkan dari sumberdaya Bumi Sigi. Di bawah kepemimpinan Bupati Moh. Irwan semoga daulat rakyat atas tanah menjadi kenyataan, sehingga Kopi Kamanuru secara ekonomi memberi manfaat yang sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat, di mana rakyat pula yang mengontrol usahanya sendiri.Tugas kita, Ayo budayakan minum kopi lokal. Semangat kawan-kawan, kerja keras dengan niat baik akan berbuah baik di kemudian hari,” pungkas dia.

Editor: Arman Seli

Share

Komentar

Tinggalkan Balasan