Oleh : Citra Racindy*
“Kata Kakek: ilmu tanpa adab akan menjadi pinter keblinger”
Kita hidup di tengah-tengah kemerosotan moral. Kemerosotan moral menjadi perang masa depan. Hal ini terjadi karena lunturnya cinta dengan diri sendiri. Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa Cinta adalah lukisan orang yang getis menjadi manis, sebab dasar semua cinta adalah kebajikan moral.
Lunturnya budaya ilmu selaras dalam tamadun hari ini yang mengakibatkan perluasan bencana kehilangan adab. Di zaman sekarang ini tidak jarang kita menemukan para generasi yang mengalami degradasi moral. Satu-satunya cara untuk menghormati kebenaran Tuhan Yang Maha Esa adalah dengan bertindak secara moral.
Tuhan memberikan perintah dan larangan kepada hamba-Nya. Sebab itulah moral dan agama harus di jaga. Moral harus didasari oleh kepercayaan. Moral dan agama akan menyempurnakan nilai seseorang dalam menghormati antar masyarakat dan menciptakan kerukunan dalam bermasyarakat.
Tentang Moral
Moral merupakan ajaran tentang baik dan buruknya suatu perbuatan yang dapat diterima secara umum. Moral, akhlak, etika atau susila yaitu istilah manusia menyebut kemanusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral.
Artinya, dia tidak memiliki nilai positif dalam tingkah laku di mata manusia lainnya. Moral itu sudah dimiliki setiap manusia, hanya saja jika kita bisa menemukannya. Maka dari itu merenunglah sejenak apakah kita sudah bermoral? Moral tidak mengenal batas-batas wilayah, ras, suku, agama dan tingkat status sosial.
Moral dibutuhkan pada kehidupan masyarakat dalam bersosialisasi. Penilaian seseorang dengan orang lainnya adalah berdasarkan moral. Mengenai perilaku, kesopanan dan bersikap baik merupakan bagian dari moral yang dipandang masyarakat. Dengan adanya moral baik yang tumbuh dalam masyarakat, kehidupan bersosialisasi di dalamnya akan terasa damai dan harmonis. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan moral pada diri individu dengan individu lainnya adalah adanya interkasi aktifitas dari dalam dan luar individu.
Moral Anak di Zaman Sekarang
Fenomena anak muda atau remaja zaman sekarang menunujukkan potret kehidupan mereka kini. Melihat kedunia pendidikan, berbondong-bondong orang tua yang menanti kelulusan sekolah anaknya. Ujian Nasional merupakan langkah final selama bertahun-tahun menempuh pendidikan formal.
Namun bukan merupakan penentu kita benar-benar berkualitas apalagi bermoral. Lebih kepada pemenuhan syarat untuk memperoleh kertas yang bertuliskan Ijazah. Karena kita masih banyak menemukan para generasi yang membuang sampah sembarangan, guru tewas di tangan murid, merosotnya budaya kurang menghormati dan menghargai orang tua. Sikap bullying sesama pelajar, merokok secara terang-terangan dengan memakai seragam sekolah, penyiksaan sesama pelajar hingga seks bebas sesama pelajar dan lainnya.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat, bahwa kita perlu memegang teguh dan menanamkan adab kepada para generasi untuk kebaikan masa depan bangsa dan negara. Agar ketika esok mereka menjadi dewasa dan menjadi tongkat estafet pemerintahan, tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan negara. Seperti kasus korupsi, pembunuhan, terorisme dan tindakan menyimpang lainnya yang sekarang menjadi PR Indonesia. Sebab, jika dimulai dari kecil adab di bina akan lebih mudah. Analoginya tanah liat kering dan basah. Anak-anak adalah tanah liat basah yang masih mudah di bentuk.
Rumah Moral Anak
Tanah liat yang sudah kering sudah sulit dibentuk, begitulah yang terjadi dengan mereka (orang-orang dewasa) yang sudah tidak bisa dibenahi kembali moralnya. Kita masih memiliki bibit-bibit generasi yang kiranya mampu merubah Indonesia lebih baik lagi. Rumah Moral Anak (RMA) adalah suatu wadah untuk membentuk karakter dan moral bagi anak-anak. Jika sekolah formal belum mampu mengatasi degradasi moral, RMA siap membantu.
Kiranya RMA ini dapat dihadirkan di setiap desa dan kota. Rumah moral anak memiliki gambaran seperti pada tempat berkumpulnya anak-anak di suatu desa seperti pendopo di waktu senggang sepulang dari pendidikan formal atau sore harinya. Kegiatan dilakukan lebih kepada mengajarkan atau praktek tentang budi pekerti, etika, sopan dan santun, dan mencintai budaya Indonesia.
Namun perlu adanya bantuan orang tua yang menjadi guru pertama dalam pembentukan karakter seorang anak. Indonesia akan lebih baik jika seluruh masyarakatnya bermoral. Kata John W. Gardner kehebatan Amerika sudah menjadi kehebatan orang-orang merdeka yang membagikan komitmen tertentu, namun kebebasan tanpa komitmen moral merupakan pengerusakan yang cepat dan tak bertujuan. Jadilah manusia yang bermoral dan beragama yang berkeprimanusiaan.
*Penulis adalah Ketua KOHATI Cabang Persiapan Deli Serdang, Sumatera Utara.
Komentar