Oleh : Arman Seli*
Viata dalam bahasa Kaili berarti Leluhur, sementara No adalah imbuhan di awal kata yang mempertegas bahwa tradisi memanggil Roh Leluhur sedang atau telah dilakukan. Sehingga Totua adat yang memanggil Roh leluhur disebut Noviata.
Tradisi ini masih sering dilakukan oleh Masyarakat Adat (suku kaili khususnya sub suku kaili unde, dan da’a serta sub suku kaili lainnya) yang masih memegang teguh adat-istiadat.
Noviata dilakukan diberbagai Ritual Adat, misalnya Pertama, Nikah Adat (Nantunu Manumpolei. Kedua, memberi sesaji diujung jalan perkampungan (Nompakoni Tampajala). Ketiga, Ritual Adat Nokeso, Nobau, Novunja, Notamba dan masih banyak ritual adat lainnya menjadi bagian dari noviata.
Noviata dilakukan menjadi bagian penting dalam tradisi sakral karena pandangan masyarakat adat tradisi ini menjadi interaksi simbolik antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan Leluhur, dan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Wadah yang digunakan untuk Noviata adalah sambulu gana seperti pinang (sambulu), sirih (legu), kapur (toila), gambir (tagambe), dan tembakau (tambako/tugi) menjadi hal utama dalam melakukan interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan Leluhur, dan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Selain sambulu gana terdapat sejumlah piring dengan warna putih dan piring memiliki motif yang telah ditentukan. Selain itu, sebagai alas piring wajib menggunakan dulang dan sebilah parang dengan sarungnya.
Noviata juga bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sang Pencipta) agar memberikan kesehatan dan kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.
*Penulis Adalah Biro Infokom AMAN Sulteng.
Komentar